Sampai kapanpun, tragedi 2 Maret 2010 itu akan kuingat. Ya ! tepat ditanggal itulah aku nyaris diperkosa oleh Sam (35), warga sekampung denganku di Kecamatan Selesai. Lelaki yang bekerja sebagai satpam di sebuah PT ini dengan buasnya mengobok-obok bagian terlarang di tubuhku.
Saat peristiwa itu, cuaca lumayan cerah. Masing-masing warga melakukan aktifitasnya masing-masing. Ada yang pergi ke ladang, ada yang pergi berjualan dan ada pergi keluar dengan berbagai urusan lainnya. Oleh karena itu jugalah suasana dusun kami terasa begitu lenggang saat itu.
Diantara keheningan pagi tadi, aku yang tinggal sendirian di rumah karena ibu pergi mencari nafkah, membersihkan pekarangan rumah. Selanjutnya, pekerjaan rumah itu kulanjutkan ke ruangan tamu dan dapur. Satu persatu piring yang dikotori sisa makanan tadi malam kubilas dengan sabun. Buih-buih sabun sesekali memercik hingga mengenai wajahku. Kerja seperti ini memang rutin kulakukan. Namun, tanpa disangka-sangka, disaat aku asyik mencuci piring tadi, ada Sam yang memerhatikan gerak-gerikku. Aku tidak sadar kalau ulahku telah lama diamatinya. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja Sam telah berada didekatku. Tanpa babibu, pria bertubuh tinggi tegap inipun langsung menarik paksa tanganku. Spontan aku berontak diperlakukannya seperti itu. Selain aku kaget bukan main, sikap Sam yang menarik tanganku dengan kasar tadi tentu saja membuat aku tidak senang.
Tapi ada daya. Untuk melawan pria ini aku kalah kuat tenaga. Disaat aku meronta melepaskan cengkaraman tangannya, ia semakin kuat memegang tanganku hingga pergelangan tanganku terasa sakit. Aku sadar, apalah arti tenaga gadis yang berusia 15 tahun dibandingkan bapak di depanku yang memiliki tubuh layaknya oknum aparat itu. Sekuat tenaga aku berteriak meminta tolong. Tapi sayang, teriakanku sia-sia karena tidak ada yang mendengarnya, selain rumah kami letaknya cukup jauh dengan rumah tetangga, juga saat itu banyak warga yang tidak berada di rumah. Detik berikutnya, pria beristri yang bekerja sebagai satpam itu menyumbat mulutku dengan tangan kasarnya. Tanpa belas kasih, Sam lalu menyeret tubuhku dan membaringkan diatas pelataran dapur. Dalam posisi tubuh telentang tadi, Sam kemudian meremas-remas payudaraku, tak puas, lelaki ini membuka kancing baju serta resleting celanaku, ia benar-benar sudah kehilangan pikiran sehatnya.
Melihat resleting celana yang kupakai telah terbuka, dengan buru-buru Sam juga membuka baju dan resleting celananya. Aku benar-benar pasrah. Dunia ini kurasa begitu gelap saat itu. Tapi ternyata Tuhan masih menyayangiku, di saat kritis itu, tiba-tiba kakakku Sar muncul dan memergoki ulah Sam. Kejadian itu langsung diberitahukan pada Gir, warga di sana.
Aku dan Sam lalu diinterogasi Gir dan kakakku. Aku tak dapat berkata apa-apa waktu itu, aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Dengan penuh kasih sayang, kakak memeluk tubuhku dan berusaha menenangkan. Dengan suara terbata-bata, ahirnya aku menceritakan apa yang dilakukan Sam kepadaku. Sewaktu kakakku dan Gir menanyakan kepada Sam perihal perbuatanya kepadaku, lelaki itu sempat berkilah dengan menyangkal semua tuduhan tadi. Namun Sam mengakui ada mencium aku. Dan saat itu Sam meminta maaf sekaligus menyarankan agar kasus pelecehan ini tidak sampai ke pihak yang berwajib.
Bila saja aku mau berdamai dengan Sam, ia menawarkan sejumlah uang perdamaian kepadaku dan keluarga. Tapi permintaan damai tersebut langsung kutolak mentah-mentah. Aku tidak terima dengan perbuatan Sam yang nyaris merampas kegadisanku. Tau permintaan damainya ditolak, Sam lantas mengatakan kalau dirinya tidak takut sedikitpun bila aku tetap nekat melanjutkan masalah ini. Sebab, menurut Sam, semua polisi telah diatur olehnya. Tapi belakangan, salah seorang kerabat dekat Sam datang meminta maaf pada keluargaku.
Untuk kedua kalinya, orang dekat Sam ini juga menawarkan sejumlah uang kepada ku dan keluarga besar kami. Keinginan damai Sam dan keluarganya ditolak paman ku, Mis. Kata pamanku perbuatan sam sudah tidak bisa ditolerir lagi dan harus diselesaikan melalui jalur hukum. Kasus ini lalu digiring ke Polsek Selesai, tapi oleh petugas disana kami disarankan membuat laporan ke PPA Polresta Binjai, sebab unit yang berwenang menangani kasus ini ada di PPA.
Selain mengharapkan keadilan dari penegak hukum meringkus orang yang mencabuliku, kasusku ini kulaporkan juga ke KPAID Langkat. Aku berharap Komisi perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Daerah Langkat, membantu keluargaku. [posmetro-medan.com]
Baca juga artikel ini :